BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar
Belakang
Para implementor kebijakan mungkin tahu apa yang harus dikerjakan
dan memiliki keinginan dan sumberdaya yang cukup untuk melakukannya, namun
mereka mungkin masih dicegah di dalam implementasi oleh struktur organisasi dimana
mereka layani. Dua karakteristik utama dari birokrasi ini adalah prosedur
pengoprasian standar (standar operating procedure/SOP) dan fragmentasi. Yang
pertama berkembang sebagai respon-respon internal pada waktu dan sumber
implementasi terbatas dan keinginan atas keseragaman di dalam operasi
organisasi kompleks dan organisasi yang tersebar secara luas; mereka sering
kali tetap efektif disebabkan oleh kurangnya efektivitas birokrasi. Yang
terakhir pada dasarnya terjadi dari tekanan di luar unit birokrasi sebagai
komite legislatif, kelompok kepentingan, pejabat, eksekutif, konstitusi negara
bagian charter kota, dan sifat dari kebijakan luas mempengaruhi organisasi
birokrasi publik. tentu saja, agen juga mmencoba untuk mempengaruhi struktur
formalnya.
Meskipun perbedaan aslinya dari karakteristik organisasional ini,
SOP dan fragmentasi birokrasi keduanya mungkin menghalangi implementasi
kebijakan. Mereka sering merintangi berbagai perubahan dalam kebijakan,
memboroskan sumberdaya, membangkitkan tindakan-tindakan yang tidak dikehendaki,
merintangi koordinasi, mengacaukan pejabat dalam yuridiksi tingkat bawah,
terjadi di dalam kebijakan kerja pada tujuan silang, dan organisasional. Dalam
bab ini akan dieksplorasikan konsekuensi SOP dan Fragmentasi untuk implementasi
sebagaimana juga berbagai alasan untuk pengembangannya.
1.2.Rumusan
Masalah
Dari
latar belakang yang telah dijelaskan diatas kami dapat merumuskan masalah
sebagai berikut :
1.
Jelaskan pengertian, alasan, masalah dan keunggulan mengenai Standar Operasional
Prosedur?
2.
Jelaskan mengenai apa yang disebut dengan Fragmentasi?
3.
Sebutkan kosekuensi dari Fragmentasi?
1.3.Tujuan Masalah
Dari
rumusan masalah yang telah disebutkan wujuan dari maakalah ini adalah untuk
mengetahui :
1.
Pengertian, alasan, masalah dan keunggulan mengenai Standar Operasional
Prosedur
2.
Definisi Fragmentasi
3.
Konsekuensi dari Fragmentasi
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Standar
Operasional Prosedur
Prosedur pengoperasian standar (SOP) adalah rutin yang memungkinkan
para pejabat publik untuk membuat berbagai keputusan setap hari. Apakah publik
sedang membicarakan kepolisian dalam patroli membuat keputusan cepat mengenai
apakah seseorang berbahaya atau pekrja insidental (caseworker) Administrasi
Jaminan Sosial memutuskan tentang kecakapan seseorang karena keuntungannya,
ditemukan bahwa SOP ini umumnya digunakan. Alasan SOP banyak digunakan dan efek
SOP dalam implementasi kebijakan di uji dalam bagian ini.
2.1.1. Alasan
Membuat SOP
SOP menghemat waktu, dan waktu adalah berharga. Jika pekerja
insidental (caseworker) harus menciptakan suatu aturan baru untuk setiap hari
klien potensial, beberapa masyarakat akan dibantu. Sehingga petunjuk yang rinci
ditulis untuk mencakup sebanyak mungkin situasi khusus sebagaimana para pejabat
bisa antisipasi. SOP juga membawa keseragaman ke dalam organisasi kompleks, dan
pengadilan adalah lebih baik dilayani jika peraturan diterapkan secara seragam.
Adalah benar bagi implementasi kebijakan kesejahteraan yang mendistribusikan
keuntungan kepada yang membutuhkan, sebagaimana untuk kebijakan undang-undang
kriminal yang memberikan sanksi. Keseragaman juga membuat personalia tidak bisa
ditukar. Seorang tentara bisa di transfer pada tempat manapun di dunia dan
masih tau cara menjalankan sebuah fungsi dengan mengacu pada buku petunjuk yang
tepat.
Sering kali SOP perlu karena kurangnya sumberdaya. Para pejabat
biasanya kurang staf untuk riset masalah seluruhnya, meskipun mereka mesti
mampu membuat keputusan secara cepat. Dengan demikian, situasi kompleks
disederhanakan. Sebagai ganti dari evaluasi seksama setiap kemampuan siswa
individu, guru yang sibuk mungkin bergantung pada isyarat, semacam sikap siswa,
perkataan, pakaian, sikap, orang tua, atau perilakunya, sebagai dasar keputusan
mengenai seleksi disiplin atau arah.
Sebuah studi implementasi undang-undang Massachusetts mengungkapkan
dalam hal ini. Hukum mewajibkan distrik sekolah untuk mengdentifikasikan,
menilai, dan mengacu anak-anak dengan kebutuhan pendidikan khusus dan
mengembangkan berbagai rencana untuk pendidikannya. Undang-undang menciptakan
sejumlah beban kertas kerja yang besar untuk para pejabat sekolah dan banyak
meningkatkan beban kerja. Sebelum melewati hukum ini, beberapa anak harus
dievaluasi dan lebih sedikit orang terlibat di dalam proses evaluasi. Setelah
pemberlakuan, rencana pendidikan harus dituliskan lebih rinci lagi,
diselesaikan lebih cepat, dan disirkulasikan hingga kepada audiensi yang lebih
luas. Personalia sekolah kekurangan (Short-handed) dan tidak bisa melakukan apa
saja yang hukum syaratkan. Kurangnya sumber daya menciptakan sebuah ketegangan
yang tidak terelakkan lagi diantara pendidikan individualisasi dan pengolahan
massa.
Para pejabat sekolah Massachusetts dipaksa untuk membagi (cut
corners). Mereka tidak membantu semua kebutuhan pendidikan siswa relevan, dan
mereka menjadwalkan penilaian dalam hubungannya dengan anak-anak yang tidak
memungkinkan untuk membebani biaya utang ekstra sistem sekolah. Anak-anak yang
memenuhi kebutuhan personalia sekolah yang ingin mempraktekkan bidang studinya
individualnya juga menerima perhatian khusus. Para pejabat sekolah mengurangi
waktu dimana para pejabat siswa dialokasikan untuk spesialis, menghargai
kelompok di atas perlakuan individu, dan memakai spesialis dalam pelatihan
bukan para instruktur yang berpengalaman. Mereka juga membenturkan
(short-circuited) persyaratan untuk menyelesaikan formulir dan untuk mengkuti
prosedur yang dialoksasikan untuk mengalokasikan kepentingan orang tua. Dengan
demikian, ada sebuah kebutuhan konstan untuk menrutinisasikan, untuk mengalokasikan
sumberdaya, dan untuk mendefinisikan tugas dalam berbagai cara dimana solusi
yang bisa diterima diberikan kepada permintaan kebijakan baru.
Berfokus pada fungsi spesialisasinya, birokrat sering mengembangkan
“visi terowongan (tunnel vision)” dan membantu secara perlahan ke dalam SOP.
Lagi pula, “sekali persyaratan dan praktek
ini dilembagakan, hal ini cenderung efektif lama setelah kondisi yang
membangkitkannya telah menghilang,” tulis ilmuwan politik herbert Kaufman.
Rutin ini tidak secara beraturan diuji kembal, dan hal ini memiliki keuntungan
untuk para birokrat yang seperti halnya kebanyakan orang, memilih stabilitas
untuk menukar dan konsensus terhadap
konflik. Jika SOP tidak secara serius ditinjau kembali, penataan yang ada akan
berlanjut. Perwakilan kepentingan organisasional yang berselisih dimana telah
diakomodasikan dalam kekhawatiran SOP terbaru yang menegosiasikannya mungkin
terjadi di dalam prosedur yang kurang memuaskan. Berbagai organisasi juga
terhalang dalam penggantian SOP-nya dengan banyak “menghabis-habiskan (sunk
cost)” waktu, tenaga, dan uang yang telah memasuki ke dalam pengembangan rutin
ini.
Individu secara pribadi juga memakai SOP. Sebagai contoh, petugas
pinjaman bank sering memakai ras, etnisitas, atau alamat seorang sebagai suatu
kriteria primer untuk membuat atau menolak pinjaman. Meskipun prosedur ini
adalah diskriminasi, juga digunakan karena menyederhanakan proses pembuatan
keputusan. Untuk mengakhiri perilaku semacam ini, kebijakan mesti mengatasi
daya tarik dari rutin pembuatan keputusan sebagaimana juga menyatakan
tanggungjawab implementasi baru.
2.2.2 Masalah
dengan SOP
Sementara SOP menghemat waktu dengan
memungkinkan pejabat untuk menghindari membuat penilaian individu tentang
situasi tertentu, mereka mungkin tidak terlibat dalam banyak kasus dan dapat
menghambat pelaksanaan berbagai kebijakan. Meskipun dirancang untuk membuat
kebijakan menerapkan lebih mudah-setidaknya dalam teori - SOP dapat berfungsi
sebagai hambatan untuk bertindak. Pejabat telah memiliki banyak rencana yang
digagalkan oleh praktek pemerintah standar. Mereka tentu frustrasi Presiden
Franklin D. Roosevelt
Standar
prosedur operasi dapat menghalangi pelaksanaan kebijakan dengan menghambat
perubahan. Dirancang untuk situasi yang khas, SOPS efektif dalam kondisi yang
tidak biasa. Mereka sangat tidak memadai selama krisis ketika pengecualian
terhadap aturan sering diberlakukan. Pada tahun 1962 US menemukan kehadiran
rudal Soviet di Kuba dan bereaksi dengan memblokade pulau tersebut. Presiden
John F Kennedy sangat prihatin tentang intersepsi awal kapal Soviet dan ia
mengirim menteri pertahanan Robert McNamara untuk memeriksa dengan kepala
operasi angkatan laut George Anderson pada prosedur yang diikuti. McNamara
menekankan kepada anderson bahwa presiden tidak ingin mengikuti SOP normal di
mana oleh kapal mempertaruhkan tenggelam jika menolak untuk tunduk kepada yang
naik dan dicari. Kennedy tidak ingin untuk mendorong Uni Soviet terhadap
pembalasan. Tetapi Admiral Anderson tidak koperatif. Pada satu titik dalam
diskusi, ia melambaikan manual peraturan angkatan laut dalam menghadapi
sekretaris dan berteriak, "itu semua di sini". Untuk itu McNamara
menjawab "saya tidak peduli apa yang akan dilakukan John Paul Jones. Saya
ingin tahu apa yang akan anda lakukan. Percakapan berakhir dengan Laksamana
meminta Menteri Pertahanan untuk meninggalkan dan membiarkan angkatan laut
menjalankan blokade sesuai prosedur yang ditetapkan.
SOPS
mungkin juga tidak cocok untuk beberapa kebijakan rutin. Biro Narkotika dan
Obat-obatan Berbahaya (BNDD) dikhususkan dalam operasi penyamaran. Ketika
menerima tanggungjawab untuk sebuah program untuk mengontrol pemindahan obat
dari pabrik ke grosir. Untuk mengungkap pengalihan, perbedaan jenis personel
dan prosedur penyelidikan yang diperlukan. Namun program peraturan baru tidak
pernah mendapat dukungan yang memadai dari lembaga dan personel yang diberi
status yang lebih rendah dalam hal gaji dan otoritas daripada karyawan BNDD
lainnya. Tidak ada program pelatihan khusus disediakan, tidak ada sistem
evaluasi personel baru yang sedang dalam pengembangan dan prosedur untuk
menargetkan dan mengawasi penyelidikan tidak didefinisikan dengan baik.
BNND tidak
sendirian dalam memiliki SOP yang tidak memadai untuk pengawasan obat. Salah
satu fungsi utama dari Departemen Luar Negeri adalah untuk menjaga hubungan
dengan pemerintah asing. Oleh karena itu, sulit untuk itu untuk menekan
pemerintah ke arah tujuan tertentu. Sebaliknya attemping untuk menekan
pemerintah, Negara lebih memilih untuk mengandalkan sistem internasional yang
rumit yang "berkomitmen" dengan kebijakan negara-negara tetapi tidak
memberikan sarana untuk pengawasan yang efektif dari kinerja atau kuat sanksi
untuk mendorong itu. Sayangnya, pendekatan rutin ini belum terbukti sangat berguna
untuk memobilisasi pemerintah asing untuk assit upaya untuk mengendalikan
narkotika di AS.
Pada Social Security Administration (SSA),
SOP digunakan untuk mengelola program asuransi sosial yang didirikan. Ketika
pejabat Medicare dibebani tanggung
jawab baru untuk biaya kesehatan, tetapi masalah berkembang. Mereka terbiasa untuk
menjalankan program "pembayaran" bukan program kesehatan. Oleh karena
itu, mereka memiliki sedikit minat dalam keterlibatan secara rinci dalam
keputusan perawatan kesehatan seperti yang melibatkan perencanaan dan
penganggaran. Karena keakraban mereka dengan mengevaluasi klaim asuransi
individu untuk pembayaran sesuai SSA difokuskan pada penolakan klaim dalam
menanggapi perawatan kesehatan yang tidak perlu atau ditemukan. Hanya setelah komite
keuangan senat mengkritik SSA mengadopsi peran aktif dalam biaya penahanan dan
bahkan kemudian hanya dianggap sebagai kisaran sempit pilihan. Tidak ada yang
konsisten dengan prinsip badan perlindungan lingkungan baru asuransi sosial.
Beberapa oposisi di awal program US
Navy Polaris rudal dapat dikaitkan dengan kesulitan perwira angkatan laut yang
harus menyesuaikan diri dengan perubahan, banyak dari karir mereka terancam
oleh inovasi adalah senjata utama. Program Polaris disukai orang dengan jenis
tertentu pelatihan (terutama di kapal selam) pada orang lain.petugas yang tidak
terbiasa dengan teknologi modern ditemukan pernyataan untuk menghargai manfaat
dari rudal baru. Polaris juga diperlukan perubahan dalam tradisi komandan
angkatan laut dan kru untuk setiap kapal. Untuk meningkatkan efektivitas konsep
dua awak dikembangkan untuk setiap kapal selam polaris rountines lama didirikan
menjadi hambatan untuk inovasi teknologi dan perencanaan yang matang dan
bureaucractics upaya substansial diperlukan untuk mengatasinya.
Keengganan untuk menerima
tanggungjawab baru untuk program non hibah, pelaksanaan program-program baru,
tetapi juga dapat mencegah pelaksanaan sebagian atau seluruh kebijakan. Karena
layanan Kesehatan Amerika Serikat sebagai sebuah organisasi apolitis, sangat
profesional, berorientasi pada penelitian yang dikembangkan standar kesehatan
harus ditegakkan oleh pejabat negara dan lokal, itu menolak kewenangan untuk
mengatur kualitas udara di akhir 1950-an. Layanan Kesehatan Amerika membanggakan
diri pada hubungan baiknya dengan pejabat kesehatan negara bagian dan lokal.
Memiliki kekuatan penegakkan sendiri, itu berpendapat, akan menurunkan
inisiatif dan kewenangan pejabat, dan mengganggu kerjasama yang erat yang ada
antara berbagai tingkat pemerintahan.
Sering
mengalami keterlambatan adalah akibat dari SOP. Wali kota New York ingin
menutup tempat pembakaran sampah kecil yang mengeluarkan banyak biaya dan
polusi udara. Tempat pembakaran sampah ini disediakan panas untuk garasi.
Sebelum itu di tutup, alternatif sumber panas yang dibutuhkan dapat ditemukan.
Sanitasi Biro Rekayasa harus membuat kontrak untuk menyewa seorang insinyur
luar untuk merancang sistem pemanas baru. Kemudian kontrak harus disetujui oleh
divisi rekayasan Biro anggaran. Para insinyur Biro anggaran. Para insinyur
sanitasi sibuk, mereka tidak melihat desain sistem pemanas kecil sebagai
prioritas. Begitupula biro anggaran. Tempat pembakaran sampah tetap berdiri
selama tiga tahun.
Tindakan
yang tidak diinginkan. Beberapa SOP menyebabkan organisasi untuk mengambil
tindakan pejabat superior yang tidak diinginkan, karena krisis rudal Kuba
menggambarkan secara dramatis. Meskipun rangka eksplisit Presiden Kennedy ini,
bahwa pertemuan awal dengan kapal Soviet tidak melibatkan kapal selam Soviet,
angkatan laut Amerika Serikat menurut prosedur yang ditetapkan, digunakan
program “Pemburu-Pembunuh” melawan kapal selam Soviet dalam 600 mill dari benua
Amerika juga mengikuti standar prosedur “Pemburu-Pembunuh”, angkatan laut
memaksa beberapa marinir Soviet ke permukaan. Tindakan ini tidak diperintahkan
oleh Presiden atau Sekretaris. Itu terjadi karena... pejabat Amerika yang
berpura pura mempunyai kekuasaan pada angkatan laut tidak pernah membayangkan
standar tatacara menggantikan perintah. SOPs menjadi sangat menempelkan pada
organisasi dan sulit untuk mengontrol bahkan di saata krisis.
Selama
krisis rudal Kuba, Komando Udara mematuhi strategi SOP. Hal tersebut mengirim
B-47 pembom sarat dengan senjata nuklir untuk 40 bandara sipil di seluruh
Negeri, meskipun kegiatan ini bertentangan dengan Menteri Pertahanan McNamara,
yaitu “tidak ada kota doktrin,” dirancang untuk mencegah Uni Soviet menyerang
pusat-pusat populasi di luar AS. Selain itu, beberapa bandara pembom dikirim
berada di wilayah tenggara negara dan dalam jangkauan operasional rudal di
Kuba.
SOP
dan lainnya masih beroperasi selama krisis. Sebuah kapal intelijen luar AS pada
misi rutin mendekati pantai Kuba, dan pesawat mata-mata U-2, pada rutinitas
belum berpotensi misi provoaktif, menyimpang atas Uni Soviet. Tidak ada yang
berpikir untuk memesan kapal tidak berlayar atau pesawat tidak terbang. Salah
satu dari operasi ini bisa membahayakan kebijakan presiden dan meningkatkan
krisis.
Kebijakan
baru dengan praktek lama. Kebijakan adalah yang paling mungkin untuk memerlukan
perubahan dalam perilaku organisasi dan karena itu yang paling mungkin
pelaksanaannya terhalang oleh SOP. Ada pepatah lama bahwa militer selalu siap
untuk melawan perang terakhir. Gambaran tentara Amerika bertempur di tahun-tahun
awal di Vietnam seolah-olah mereka berada di dataran Eropa Tengah mendukung
pandangan seperti itu.Tiap kali, Departemen Luar Negeri, Badan Pembangunan
Internasional, dan Badan Informasi USA juga berperilaku seolah-olah mereka
berperang sebelumnya. Semakin kebijakan baru membutuhkan perubahan dalam
organisasi SOP, semakin kecil kemungkinan akan dilaksanakan sebagai desainer
yang dimaksudkan. Sebagaimana telah kita lihat, organisasi biasanya sulit untuk
mengubah cara mereka.
Jika
sebuah organisasi relatif muda atau jka omset tersebut telah dalam substansial
dalam personilnya, SOP mungkin lebih mudah untuk berubah karena mereka kurang
tertanam daripada yang tua, organisasi lebih stabil. Jika suatu organisasi
memiliki waktu yang banyak untuk menggunakan SOP atau jika undang-undang baru
ini sangat jelas dan sempit tertulis bahwa organisasi memiliki sedikit
deskresi. SOP yang tidak kondusif untuk menerapkan kebijakan baru juga mungkin
lebih mudah untuk berubah.
Karena
SOP kadang-kadang sulit menempatkan di jalan perubahan, pembuat kebijakan atas
mungkin mencoba untuk menghindari tos tanggungjawab agensi yang ada untuk
program baru. Sebagai Presiden Johnson pernah berkata, “yang terbaik adalah
pembunuh ide baru yaitu untuk memasukkannya ke dalam agen tertua”. Ketika
Administrasi Bisnis kecil didirikan pada tahun 1953, itu tidak dimasukkan ke
dalam Departemen Perdagangan (dianggap terlalu berorientasi pada bisnis besar),
dan Kantor Peluang Ekonomi tidak di tempatkan di Departemen Kesehatan,
Pendidikan dan Kesejahteraan pada tahun 1964. Sementara penciptaan sebuah badan
baru dapat memfasilitasi implementasi kebijakan, pendekatan semacam ini tidak
selalu layak karena biaya tambahan dari badan baru, dukungan politik bagi agen
tua, atau kebutuhan untuk menkoordinasi program terkait
2.2.3
Keunggulan
SOP
Sebagaimana telah kita lihat, SOP
dapat dan tidak menghambat implementasi kebijakan dalam banyak cara. Namun,
mereka kadang-kadang dapat membantu organisasi beradaptasi dengan perubahan.
Army Corps of Engineers tradisional telah menjadi organisasi konstruksi
berorientasi dengan komitmen yang kuat untuk pengembangan sumber daya. Namun
setelah diberlakukannya Undang-undang Kebijakan Lingkungan Nasional (NEPA) pada
tahun 1969, itu mengalami reorganisasi besar untuk menciptakan insfrastruktur
yang dibutuhkan untuk menggabungkan perhatianberdasarkan keadaan alam sekitar
ke pengambilan keputusan tersebut. Mempekerjakan pegawai baru kesadaran
lingkungan, dan melembagakan perencanaan lebih terbuka proyeknya. Sementara
kualitas lingkungan tetap merupakan fungsi tambahan dari Corps, membuat
perubahan yang lebih daripada kebanyakan pengamat akan diprediksi.
Korps mungkin lebih mudah
beradaptasi dengan perubahan karena itu di dalamnya “organisasi kendur.” Salah
satu penulis menjelaskan, “itu besar, program menyebar terdiri dari diperpanjang,
didefinisikan dengan baik namun perencanaan prosedur dimanipulasi, dimana
komponen baru bisa dimasukan". Itu lebih mudah dan tidak terlalu mengganggu untuk
masalah lingkungan ke dalam proses pengambilan keputusan dibandingkan itu untuk
lembaga dengan program perencanaan jangka pendek yang lebih kecil, kurang
beragam, dan lebih untuk melakukannya. Selain itu, lembaga hibah pemberian
seperti laku Perumahan dan Pembangunan Perkotaan dan Administration Jalan Raya
federal tidak mungkin untuk memiliki banyak kontrol sebagai Korps lebih
perencanaan dan alur kerja.
2.2 Fragmentasi
Aspek
kedua dari struktur birokrasi yang akan kita perhatikan adalah fragmentasi.
Fragmentasi adalah penyebaran tanggung jawab untuk area kebijakan antara
beberapa unit organisasi.
Luasnya
fragmentasi pemerintah tersebar luas. Dalam bidang kesejahteraan, lebih dari
100 layanan manusia Federal program yang dikelola oleh 10 departemen dan
lembaga yang berbeda. Departemen Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan memiliki
tanggung jawab untuk Bantuan untuk program anak-anak. the Departement of
Perumahan dan Pembangunan Perkotaan menyediakan perumahan. Bantuan bagi
masyarakat miskin, Departemen pertanian menjalankan program kupon makanan dan
Depatment Tenaga Kerja mengelola program pelatihan tenaga kerja dan memberikan
bantuan dalam memperoleh pekerjaan.
Sebagaimana
telah kita lihat, kekuatan untuk melakukan hal-hal di pemerintah Amerika secara
luas tersebar baik di dalam dan di antara cabang-cabang dan tingkat
pemerintahan. Dalam Mei 1978 pidato menganjurkan reformasi layanan sipil,
Presiden Carter menyatakan. Ada terlalu banyak lembaga, melakukan terlalu
banyak hal, tumpang tindih terlalu sering, koordinasi juga jarang,
membuang-buang uang terlalu banyak dan melakukan terlalu sedikit untuk
memecahkan masalah nyata.
Semakin
aktor dan lembaga yang terlibat dengan kebijakan tertentu Andari lebih saling
tergantung keputusan mereka, semakin sedikit kemungkinan keberhasilan
pelaksanaan. Pada bagian ini kita akan exmine penyebab fragmentasi dalam
pemerintahan dan konsekuensi dari fragmentasi untuk implementasi kebijakan.
Mengapa
fragmentasi?
Seringkali
kita tidak tahu di mana untuk menempatkan program di lembaga Wich dan kami
tidak terlalu peduli di mana ia pergi, kami hanya ingin memastikan itu bisa
diberlakukan. Itulah salah satu alasan mengapa pemerintah teratur sekarang.
Dengan
demikian Joseph Califano, penasihat Presiden Lyndon B.Johnson tentang isu-isu
domestik 1965-1969 menjelaskan birokrasi terfragmentasi. Cara lain untuk
menjelaskan fragmentasi adalah untuk mempertimbangkan tiga aktor dalam sistem
politik nasional yang mendukung fragmentasi karena alasan mereka sendiri
kongres, badan-badan federal, dan kelompok-kelompok kepentingan.
Selama
bertahun-tahun kongres telah menciptakan banyak lembaga yang terpisah dan
disukai hibah kategoris yang menetapkan kewenangan dan dana untuk lembaga
tertentu tertentu untuk mengawasi lebih dekat dan campur tangan lebih mudah
dalam administrasi kebijakan. Pendispersi tanggung jawab untuk area kebijakan juga
menyebar "rumput" untuk komite kongres. Dalam kebijakan sumber daya
air, tiga komite di rumah dan tiga commitiees di senat memiliki otoritas atas
tentara Corps of Engineers, layanan konservasi tanah, dan biro reklamasi,
masing-masing. Tak satu pun dari komite ini ingin melepaskan cengkeramannya
atas lembaga ini. Dengan demikian, lembaga dan program yang menangani masalah
umum tetap dibagi antara tiga departemen.
Seperti
komite kongres, lembaga yang posesif tentang yurisdiksi mereka. Biasanya
departemen atau lembaga kepala penuh semangat menentang reorganisasi eksekutif
itu melanggar batas atas lingkup pengaruh mereka. Misalnya presiden Xixon
mengeluarkan instruksi kepada kepala CIA Richard Helms menugaskan dia. Sebagai
direktur activies intelijen pusat termasuk penyusunan anggaran komunitas
intelijen konsolidasi dan koordinasi activies kecerdasan Departemen negara,
Pertahanan, dan Departemen Keuangan, perlawanan Keamanan Nasional untuk
direktif presiden, terutama dari Departemen Pertahanan. Helms tahu ia tidak
bisa memenangkan pertempuran birokrasi, sehingga hal-hal terus seperti yang
terjadi di masa lalu meskipun urutan presiden.
Dalam
proposal fiskal 1980 anggarannya, Presiden Carter meminta agar dana untuk
program penyalahgunaan narkoba negara dibagi menjadi tunggal, hibah konsolidasi
untuk kesehatan mental, obat, dan layanan penyalahgunaan alkohol. Kongres
menolak untuk menyetujui proposal ini. Namun, Profesional dalam program alkohol
dan penyalahgunaan narkoba takut bahwa program mereka akan diturunkan jika
mereka kehilangan identitas legislatif mereka terpisah dan digabungkan dengan
program kesehatan mental. Mereka memblokir presiden mencoba untuk mengurangi
program Fragmentasi.
Kelompok
kepentingan adalah kekuatan ketiga yang mendukung fragmentasi. Ketika Lyndon
Johnson mencoba untuk memindahkan Administrasi Maritim dari Departemen
Perdagangan Departemen Perhubungan, ia berhasil ditentang oleh AFL-CIO.
Meskipun masuk akal administratif untuk rumah Administrasi Maritim dengan
instansi transportasi terkait lainnya, pemimpin buruh dikhawatirkan
reorganisasi birokrasi akan membahayakan hubungan dekat mereka dengan
Administrasi Maritim. Untuk alasan yang sama AFL CIO berhasil menentang upaya
Johnson untuk menggabungkan Departemen tenaga kerja dan Perdagangan. Grup juga
mengembangkan hubungan kerja yang erat dengan komite kongres dan tidak ingin
kehilangan akses khusus mereka dalam reorganisasi yurisdiksi komite yang
mungkin mengikuti reorganisasi cabang eksekutif.
Pengaruh
yang sama beroperasi pada skala yang lebih kecil di tingkat negara bagian dan
lokal. Florida konsolidasi sejumlah layanan sosial menjadi Kesehatan dan
Rehabilitasi Layanan komprehensif Department (HRS). Ketika reformasi ini gagal
untuk mengkoordinasikan pelayanan di tingkat daerah, legislatif menciptakan 11
kabupaten layanan di seluruh negara bagian, yang masing-masing akan dipimpin
oleh seorang direktur yang akan mengkoordinasikan kegiatan instansi pelayanan
sosial negara di daerah itu. Kepala dinas setempat, daripada melaporkan kembali
ke kepala dinas mereka di ibukota negara, akan melaporkan kepada direktur
layanan lokal. Selain itu, kantor-kantor negara setempat untuk berada
bersama-sama untuk kenyamanan klien.
Meskipun
beberapa keberhasilan awal, pendekatan ini terintegrasi untuk menyediakan
pelayanan manusia bertemu dengan oposisi dari kelompok profesional. Asosiasi
Rehabilitasi Nasional membujuk Kongres bahwa layanan kejuruan dan rehabilitasi
harus disediakan "oleh tunggal dengan persyaratan ini, Florida terpaksa
mengubah struktur program rehabilitasinya. Meskipun mereka tetap dalam HRS,
mereka memiliki anggaran yang terpisah, dan jalur kewenangan bagi mereka
dilewati direktur layanan kabupaten. Dengan kata lain, program rehabilitasi
dioperasikan dalam struktur administratif yang terpisah di HRS.
Seringkali
kombinasi kelompok kepentingan dan komite legislatif menentang reorganisasi.
Departemen baru Pendidikan terdiri hampir secara eksklusif dari program
pendidikan dari Departemen lama Kesehatan, Pendidikan dan Kesejahteraan, Kepala
Star, Pendidikan India, program makan siang sekolah. GI manfaat tagihan, pelatihan tenaga
kerja, dan beberapa program pendidikan kejuruan dan rehabilitasi tetap di mana
mereka, karena bertentangan dengan mereka dipindahkan. Misalnya, Komite
Pertanian Senat menentang perubahan karena takut kehilangan tanggung jawab
pengawasan untuk program gizi anak, dan Asosiasi Bagian
Layanan Makanan Amerika menentang perubahan karena takut gizi tidak akan
menjadi prioritas utama para pendidik.
Salah satu alasan usulan Carter
untuk Departemen baru Sumber Daya Alam gagal melewati Kongres oposisi dari
industri kayu. Jika jasa hutan dipindahkan dari Departemen Pertanian ke
Departemen baru seperti yang disebut dalam rencana presiden, itu akan menjadi
lebih menarik pada perlindungan lingkungan dari produksi kayu, pakar industri
berpendapat, DPR dan Senat komite pertanian, takut kehilangan yurisdiksi atas
ini dan program lainnya, juga sangat menentang departemen baru.
Negara bagian dan pemerintah lokal
sering dibebani dengan konstitusi negara atau piagam kota yang memberi mandat terfragmentasi pada stuktur
adminitrasi. Beban tambahan adalah terfragmentasi-nya organisasi administrasi
federal. Karena pemerintah negara bagian dan lokal sangat bergantung pada hibah
federal, struktur administrasi mereka sering mencerminkan orang-orang dari
pemerintah federal. Meskipun hal ini mungkin meningkatkan kemampuan mereka
untuk menangani para pejabat federal, hal itu menambah fragmentasi di tingkat
negara bagian dan lokal. Misalnya, lembaga pendidikan negara cenderung
mencerminkan struktur organisasi federal yang sangat terfragmentasi untuk
program kategoris dalam pendidikan, menambahkan hambatan untuk kebijakan
pendidikan yang koheren. Tampaknya ada sedikit perencanaan di seluruh negara
bagian untuk atau koordinasi bantuan pendidikan federal, melainkan kebijakan
dan pedoman untuk setiap program yang terpisah.
Sifat kebijakan publik juga merupakan faktor dalam memproduksi fragmentasi. kebijakan yang luas, seperti yang berhubungan dengan perlindungan lingkungan, yang multidimensi dan tumpang tindih dengan dimensi kebijakan lain, seperti pertanian, trasnsportation, rekreasi, dan energi. Dengan demikian, instansi pemerintah tidak dapat dengan mudah diatur sekitar satu bidang kebijakan.
2.3 Konsekuensi dari fragmentasi
Fragmentasi menyiratkan difusi tanggung jawab, dan ini membuat koordinasi kebijakan yang sulit. sumber daya dan wewenang yang diperlukan untuk menyerang masalah komprehensif sering didistribusikan di antara banyak unit birokrasi.
Pada awal 1970-an organisasi yang terlibat dalam pengendalian obat bisa menghasilkan banyak terdakwa-informan, tetapi mereka tidak memiliki kapasitas untuk menindaklanjuti lead informan disediakan. Tidak ada sistem intelijen nasional untuk membantu agen mengevaluasi kontribusi potensi informan, dan tidak ada tempat pusat di mana informasi tersedia dapat dilaporkan atau disimpan, apalagi efektif dianalisis dan disebarluaskan. garis yurisdiksi tidak mudah disilangkan, sehingga informan diperlakukan sebagai milik eksklusif petugas menangkap mereka dan tidak dapat segera digunakan dalam yurisdiksi lain. Bahkan ada masalah dalam bergerak informan dalam yurisdiksi lembaga tunggal (seperti dari Manhattan ke Brooklyn). Demikian pula, masing-masing instansi memiliki seperangkat terbatas tacties investigasi, keterampilan, dan sistem pendukung di pembuangan. Daripada menggambar pada berbagai sumber daya yang tersedia untuk seluruh pemerintah, masing-masing instansi membuat pilihan taktis dalam kasus spesifik atas dasar informasi sendiri.
Agensi federal
yang bertanggung jawab terhadap memperjuangkan hukum dan peraturan yang berlaku
mengatur narkoba dan kelancaran zat; rindu untuk immobilize lembaga peredaran
narkoba ~
Dalam Drug Enforcement Administration,
diciptakan pada tahun 1973 untuk memimpin upaya federal untuk mengontrol
pasokan obat terlarang, koordinasi antara aparat penegak dan analis intelijen
miskin. Aparat penegak merasa mereka bisa menangani fungsi intelijen sendiri,
dan karena mereka mendominasi lembaga mereka sendiri, fungsi intelijen terpadu
akan menerima beberapa sumber, dan analis intelijen akan menikmati sedikit
pengaruh. Untuk intelijen menjadi berguna. Namun, itu harus dikoordinasikan
dengan penegakan dan digunakan oleh agen. Secara organisasi, ini jelas situasi
yang tidak-menang.
Keputusan itu dibuat untuk mendirikan sebuah kantor yang terpisah dari Intelijen, tapi agen penegakan dan personel intelijen terus perseteruan. Kantor baru, dilihat oleh agen sebagai kompetisi daripada dukungan, sebagian besar diabaikan. Ini tidak menerima sumber daya yang memadai dan secara keseluruhan, tidak meningkatkan kemampuan intelijennya. untuk membuat keadaan menjadi lebih buruk, peran pengawasan kunci dalam divisi intelijen diberikan kepada peronnel penegakan yang lemah baik keterampilan manajemen umum dan keahlian intelijen. Dalam keadaan organisasi, kartu (penentu) yang ditumpuk lagi sukses.
Setelah berlalunya 1966 Demonstrasi Kota dan Pembangunan Metropolitan Act, yang Departemen Perumahan dan Pembangunan Perkotaan meminta kerjasama dari instansi lain. Menerapkan "Model Kota" Program Presiden Johnson adalah usaha besar. Tindakan memberi hibah ke kota-kota yang dipilih untuk merestrukturisasi seluruh lingkungan lingkungan yang dipilih untuk proyek percontohan. Dana dapat digunakan untuk pendidikan, antikemiskinan, dan program sosial lainnya, serta untuk perumahan dan perbaikan fisik. Perumahan dan Pembangunan Perkotaan terutama ingin prioritas diberikan untuk memberikan aplikasi yang tumbuh dari program Model Kota, fleksibilitas dalam administrasi peraturan hibah, persentase besar uang Program perkotaan dialokasikan untuk proyek-proyek Kota Model lokal, dan tenaga kerja dari lembaga pengembangan masyarakat baru dibuat sebagai saluran tunggal untuk semua bantuan federal mempengaruhi lingkungan Model. Itu tidak akan terjadi.
Pejabat
pembaharuan perkotaan dalam Perumahan dan Pembangunan Perkotaan sendiri enggan
untuk bekerja sama dengan Badan Pengembangan Masyarakat dengan memberikan suara
dalam perencanaan proyek pembaharuan atau meninjau otoritas atas tanaman akhir.
Ada masalah dalam mengkoordinasikan program lain Perumahan dan Pembangunan
Perkotaan juga. Lebih buruk dari ini, bagaimanapun, adalah tindakan departemen
dan lembaga lainnya. Ada masalah penyaluran Departemen Kesehatan, Pendidikan
dan dana Kesejahteraan melalui Agen Pengembangan Masyarakat. Sebagian besar
dana Departemen Kesehatan, Pendidikan dan Kesejahteraan dengan kategori hibah
bantuan dialokasikan sesuai dengan rumus dan rencana negara. Selain itu, banyak
Departemen Kesehatan, Pendidikan dan Kesejahteraan biro kepala dan pejabat
daerah yang simpatik terhadap permintaan Perumahan dan Pembangunan Perkotaan. Departemen
Tenaga Kerja tidak bekerja sama banyak pada program pelatihan tenaga kerja, dan
Kantor Peluang Ekonomi menentang koordinasi karena komitmennya untuk lembaga
aksi masyarakat sendiri. Meskipun upaya yang gigih, dukungan tinggi dari Gedung
Putih, dan pejabat ramah di departemen lain, Perumahan dan Pembangunan
Perkotaan menerima kerjasama kecil dalam melaksanakan program Model Kota.
Selanjutnya analisis program mengungkapkan bahwa "hampir semua kategori hibah
dalam program bantuan terus mempertahankan aplikasi dan perencanaan kebutuhan
mereka sendiri, kriteria sendiri ulasan dan prosedur, dan memprioritaskan rasa
mereka sendiri”
Demikian pula,
ketika Presiden Johnson ingin mendirikan "pusat pelayanan satu atap"
untuk menyediakan akses mudah ke layanan sosial federal di lingkungan
perkotaan, pertengkaran birokrasi di tingkat nasional dan negara mencegah
sebagian besar dari mereka dari pembukaan. The Departemen Tenaga Kerja, Kantor
Peluang Ekonomi, dan Departemen Perumahan dan Pembangunan Perkotaan semua ingin
pusat layanan untuk menanggung nama mereka dengan mengesampingkan yang lain.
Duplikasi dalam
penyediaan layanan publik adalah hasil lain dari fragmentasi birokrasi.
Meskipun dalam beberapa kasus duplikasi yang bermanfaat - ketergantungan pada
satu sumber informasi yang tidak pernah ideal - biasanya menghambat pelaksanaan
dengan membuang-buang sumber daya yang langka itu, seperti yang kita lihat
dalam Bab 3, dapat dimanfaatkan dengan lebih baik dalam mengimplementasikannya
kebijakan.
Pada tahun 1971 Presiden Nixon mengeluh:
Departemen
Pertanian .. menemukan bahwa kepemilikannya di tenaga kerja pertanian dibagi di
Departemen Tenaga Kerja, hal untuk perusahaan pertanian dibagi oleh Small
Business Administration, dan kepedulian untuk menyediakan transportasi yang
memadai untuk produk pertanian dibagi oleh Departemen Perhubungan. Perdagangan,
Tenaga Kerja dan Departemen Pertanian menduplikasi satu sama lain dalam
mengumpulkan statistik ekonomi, namun mereka menggunakan komputer dan teknik
statistik yang sering tidak sesuai ... Wilayah yang sama dapat menerima dua
atau lebih hibah untuk proyek yang sama.
Tujuh tahun
kemudian, Presiden Carter mengemukakan hal yang serupa:
Tidak ada...Setidaknya
75 lembaga dan 164.000 karyawan federal di polisi atau bekerja di bagian
investigasi. Banyak dari mereka menduplikasi atau tumpang tindih dalam upaya
penegakan hukum menjadi upaya yang sia-sia...
Fragmentasi dapat berpengaruh di dua
atau lebih dari instansi kerja, dalam tujuan yang berlawanan. Kutipan dari
Rhicard Nixon:
”Proyek DASS satu departemen.
Contohnya memperlambat aliran air ke hilir, proyek reklamasi departemen lain.
Satu instansi menginginkan membangun sebuah proyek pembangkit listrik di sungai
tertentu sementara instansi lain sedang berusaha untuk mempertahankan area yang
sama agar tetap natural. Departemen yang berbeda mengikuti aturan yang berbeda
untuk memproduksi kayu dan konservasi, untuk peternakan, pencegahan kebakaran
dan untuk aktivitas rekreasi di daerah yang mereka kontrol. Meskipun daerah
tersebut berdekatan”.
Tidak
hanya konflik itu saja yang dapat mengalahkan tujuan dari program yang sudah
dibentuk, tetapi mereka juga memaksa pejabat publik untuk menghabiskan waktu
dan tenaga agar bernegosiasi denga pihak lainnya. Tidak itu saja yang tak
berguna, tetapi juga berdampak pada kompromi yang mewakili faktor persekutuan
dari posisi pejabat semula. Sayangnya, ide-ide beranu dan asli dikorbankan
untuk keharmonisan didalam pemerintahan.
Fragmentasi
dari program pertanggungjawaban ialah sanagat besar, yang mana itu membuat
kebingungan dan bahkan menguasai program yang yang seharusnya dilakukan.
Pembicaraan di tahun 1978 bahwa federal/ pemerintah untuk komunitas ekonomi
pembangunan, Presiden Carter menyebutkan adanya:
·
Lebih dari 11 program
bantuan bisnis di lebih dari 10 lembaga
·
Sebanyak 46 program
limbah terintergrasi di departemen berbeda, 2 di lembaga dependen dan 8 di
komisi regional
·
Setidaknya 77 program
perumahan berbeda di 15 lembaga yang berbeda
·
Sebanyak 60 program
hibah transportasi di departemen transportasi dan 25 di lembaga lain
·
Dan 24 program
terdaftar oleh 10 lembaga untuk tenaga kerja dan pelatihan.
Dengan
susunan program seperti itu, maka tak heran banyak negara dan lembaga daerah
mencari bantuan federal karena terlalu rumit untuk mengelola program tersebut.
Kemungkinan pada jumlah yang besar tetapi keahlian untuk mencocokan program
yang relevan dengan kualifikasi yang sesuai dan membutuhkan sebuah wilayah
hukum. Sering tidak tersedia khususnya pada komunitas yang kecil.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Struktur
organisasi yang melaksanakan kebijakan memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap implementasi. Salah satu aspek struktural paling dasar dari setiap
organisasi adalah prosedur operasi standar. Rutinitas ini untuk menangani
situasi umum yang meresap di kedua organisasi publik dan privat. SOP menghemat
waktu pelaksanaan yang memungkinkan mereka untuk mengambil jalan pintas dalam
menangani keputusan. Mereka juga memberikan keseragaman dalam tindakan pejabat
di cakupan dan organisasi yang tersebar luas. Yang pada gilirannya dapat
mengakibatkan fleksibilitas yang lebih besar (orang dapat ditransfer dengan
mudah dari satu lokasi ke lokasi lain) dan keadilan yang lebih besar dalam
penerapan peraturan.
Kurangnya
sumber daya yang diperlukan untuk penerapan kebijakan benar membantu account untuk sering menggunakan SOP.
Pelaksana bisa memeriksa sepenuhnya dan secara pribadi untuk setiap situasi
yang mereka hadapi. Sebaiknya mereka mengandalkan kebiasaan yang simple dengan membuat keputusan dan
menyelaraskan tanggung jawab program dengan sumber daya yang ada. Suatu hal
yang menjadi kebiasaan ditetapkan, mereka cenderung tetap berlaku menghalangi
keinginan untuk stabilitas dan kurangnya konflik dan oleh tingginya biaya
pengembangan SOP. Pelaksana mencari hal tersebut untuk keuntungan mereka agar
mempertahankan status quo. Sayangnya SOP jarang di evaluasi kembali karena
terkadang mereka menghalangi pengimplementasian sesuai yang mereka bantu.
Rutinitas
yang dirancang untuk situasi di masa lampau dapat menghambat perubahan dalam
kebijakan karena mereka tidak pantas atau tidak nyaman untuk situasi yang baru
maupun program baru. Sementara kelemahan ini sangat jelas selama krisis saat
keadaan dalam kebijakan mungkin sangat penting. SOP mungkin tak pantas juga
untuk sebagian besar kebijakan rutin. Kebanyakan organisasi mempunyai kesulitan
menyesuaikan diri dengan perubahan. Rutinitas familiar sering diterapkan untuk
pertanggungjawaban baru, tapi mereka mungkin sangat menghambat
pengimplementasian dengan terbatasnya fleksibilitas yang diperlukan untuk
merespon situasi baru.
Berikut
rutinitas standar yang mungkin memakan waktu dan boros. Setiap komponen dalam
sistem yang harus menghapus program atau proyek menempatkan prioritas sendiri
untuk tindakan pada mereka, prioritas yang biasanya tidak sama dengan mereka
yang paling tertarik pada kebijakan-kebijakan baru. Pemborosan sumber daya yang
langka penting untuk implementasi dapat terjadi ketika rutinitas yang dirancang
untuk satu tujuan dipelihara dari waktu ke waktu dan diterapkan dalam situasi
di mana mereka tidak diperlukan sama sekali.
Tidak hanya SOP
kadang-kadang mencegah merupakan tindakan yang tepat, tetapi mereka juga dapat
menyebabkan personel untuk mengambil tindakan pejabat senior tidak di inginkan.
SOP yang paling
mungkin untuk menjadi penghambat dalam pelaksanaan kebijakan baru yang
membutuhkan mode baru operasi atau jenis tenaga untuk melaksanakannya. Selain
itu, lebih kebijakan membutuhkan perubahan dalam rutinitas organisasi, semakin
besar probabilitas SOP semakin menghambat implementasi. Birokrasi di mana SOP
tidak tertanam baik karena kebaruan dinas atau tingginya tingkat
menyerahkan petugas - dapat menjadi lebih responsif guna kebutuhan untuk
rutinitas organisasi baru . Demikian pula, lamanya pemimpin dan
perilaku sudah jelas ditentukan dalam undang-undang dapat membantu dalam
mengatasi rutinitas birokrasi yang tidak pantas. Dalam beberapa kasus memungkinkan
untuk melangkahi organisasi yang ada dan SOP mereka dan menempatkan kebijakan
baru di lembaga baru kemudian dapat
diprogram untuk menerapkannya.
Meskipun masalah
pelaksanaan SOP dapat menimbulkan sebab, seringkali juga dapat membantu.
Organisasi dengan prosedur perencanaan yang fleksibel dan kontrol yang besar
atas program fleksibel mungkin lebih disesuaikan dengan tanggung jawab baru
dari birokrasi tanpa dilakukannya karakteristik ini.
Sebuah fitur
kedua struktur birokrasi yang secara signifikan mempengaruhi implementasi
kebijakan adalah fragmentasi organisasi. Tanggung jawab untuk area kebijakan
sering tersebar di antara beberapa organisasi, sering terjadi secara radikal
desentralisasi kekuatan untuk mencapai tujuan kebijakan. Kongres dan legislatif
lainnya menulis banyak lembaga yang terpisah menjadi undang-undang dalam rangka
untuk mengamati mereka lebih dekat dan menentukan perilaku mereka. Memiliki
banyak lembaga tersebar "rumput" dan kekuasaan yang menyertainya kepada
anggota berbagai komite. Lembaga yang ada, seperti yang diharapkan, berjuang
untuk mempertahankan fungsi mereka dan menentang upaya untuk membuat mereka
mengkoordinasikan kebijakan mereka dengan lembaga menjalankan program terkait. Dikhawatirkan
bahwa konsolidasi lembaga akan mengurangi akses khusus untuk pejabat atau
mengubah secara substansial prioritas program yang ada, kelompok kepentingan
juga dapat mendukung fragmentasi.
Semua itu mempengaruhi
pada struktur birokrasi yang ditopang oleh konstitusi negara dan piagam kota,
yang mandat struktur administrasinya terfragmentasi, dan program hibah federal,
yang mendorong pemerintah negara bagian dan lokal untuk cermin fragmentasi di
tingkat nasional. Kurangnya perhatian dari banyak pejabat memberi konsekuensi terhadap
kebijakan baru untuk struktur organisasi pemerintahan dan multidimensi sifat
kebijakan juga banyak berkontribusi terhadap fragmentasi.
Menghambat koordinasi itu mungkin
konsekuensi terburuk dari fragmentasi birokrasi. Prioritas lembaga berbeda, dan
birokrat tidak suka untuk mengkoordinasikan tindakan mereka dengan rekan-rekan
mereka di lembaga-lembaga lainnya. Namun penyebaran kewenangan dan sumber daya
untuk melaksanakan kebijakan yang kompleks memerlukan koordinasi untuk
mengambil tempat. Kendala implementasi kebijakan yang efektif diperburuk ketika
struktur pemerintahan terfragmentasi. Secara umum, semakin besar koordinasi
yang diperlukan untuk menerapkan kebijakan, maka kesempatan untuk berhasil
makin berkurang.
Fragmentasi
seperti SOP mungkin membuang sumber daya yang langka. Tumpang tindih dan
duplikasi yang terjadi dalam pelayanan publik, sementara kadang-kadang di satu
sisi bisa menguntungkan dengan meminimalkan bahaya lebih dari ketergantungan
pada satu sumber informasi, biasanya membuang dana dan berarti kekuasaan.
Jika satu
lembaga mencoba untuk mengeringkan rawa sementara mencoba lagi untuk
melestarikannya, proyek tidak mungkin untuk menjadi sukses. Ketika ada banyak
lembaga yang difokuskan secara sempit berfungsi sekaligus, selalu ada
kemungkinan bahwa beberapa dari mereka akan bekerja di lintas tujuan. Para
pejabat harus menghabiskan waktu berharga untuk bernegosiasi satu sama lain
untuk mengatasi situasi yang tidak menguntungkan ini. Kadang-kadang ide-ide
inovatif hilang dalam upaya untuk keharmonisan intra-pemerintahan.
Potensi manfaat
dari pelayanan pemerintah dapat menjadi kebingungan oleh susunan membingungkan
dari program yang tersedia dan tidak dapat mengisolasi yang paling tepat untuk
kebutuhan mereka dan yang mereka lolos. Hal ini terutama mungkin terjadi di
wilayah hukum tanpa staf dengan keahlian dalam program hibah federal.
Fokus sempit dari
berbagai lembaga karena fragmentasi memiliki dua konsekuensi lainnya yang
merugikan pelaksanaan. Kadang-kadang tanggung jawab untuk area kebijakan begitu
terfragmentasi bahwa tidak ada yang berakhir melaksanakan fungsi-fungsi
tertentu. Dengan masing-masing lembaga yang memiliki yurisdiksi terbatas atas
suatu wilayah, tugas-tugas penting bisa jatuh antara celah-celah organisasi. Fokus
lembaga yang sempit juga bisa menghambat perubahan. Jika sebuah lembaga
memiliki sedikit fleksibilitas dalam misi, ia akan mencoba untuk melestarikan
esensi dan mungkin lebih cenderung untuk menolak kebijakan baru yang
mengharuskan itu untuk berubah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar